Senin, 16 Mei 2016

Makalah Psikologi Pendidikan

BAB II
PEMBAHASAN  

     A. Definisi Transfer Belajar
Menurut L.D. Crow and A. Crow:
“Transfer belajar adalah pemindahan-pemindahan kebiasaan berfikir, perasaan atau pekerjaan, ilmu pengetahuan atau ketrampilan, dari suatu keadaan belajar ke keadaan belajar yang lain”.[1]
Transfer dalam belajar yang lazim disebut transfer belajar (transfer of learning), mengandung arti pemindahan keterampilan hasil belajar dari satu situasi ke situasi lainnya. kata “pemindahan keterampilan” tidak berkonotasi hilangnya keterampilan melakukan sesuatu pada masa lalu karena diganti dengan keterampilan baru pada masa sekarang. Oleh sebab itu, definisi diatas harus dipahami sebagai pemindahan pengaruh atau pengaruh keterampilan melakukan sesuatu terhadap tercapainya keterampilan melakukan sesuatu lainnya.

B. Transfer dalam Belajar
Transfer dalam belajar ialah pengetahuan dan keterampilan siswa sebagai hasil belajar pada masa lalu, sering kali mempengaruhi proses belajar yang sedang dialaminya sekarang.[2]
Transfer belajar merupakan masalah yang sangat penting dalam psikologi pendidikan. Secara praktis semua program pendidikan dibangun atas dasar bahwa semua manusia mempunyai kemampuan untuk mentransfer  apa yang mereka pelajari dari satu situasi ke situasi yang lain. Nilai pendidikan dari belajar di sekolah bagi aktivitas hidup di dalam masyarakat ialah adanya nilai transfer. Maksud apa yang dipelajari di sekolah di transfer dalam bermacam-macam aktivitas dalam kehidupan sehari-hari.
Menurut Teori Elemen Identik yang dikemukakan oleh Thorndike, transfer dari satu situasi ke situasi yang lain, baru bisa terjadi bila diantara dua situasi itu terdapat unsur-unsur yang identik. Besar kecilnya transfer tergantung kepada banyak sedikitnya unsur yang identik. Makin banyak unsur yang identik makin besar kemungkinan terjadinya transfer, sebaliknya semakin sedikit unsur yang identik, makin sedikit pula kemungkinan timbul transfer. Yang dimaksud elemen atau unsur oleh Thorndike tidak terbatas mengenai isi bahan pelajaran, tetapi juga termasuk sikap mengajar, cara belajar dan segala sesuatu yang berhubungan dengan proses belajar mengajar.[3]

  1. Ragam Transfer Belajar
Adapun menurut Gagne sebagaimana yang dikutip oleh Muhibbin Syah, transfer dalam belajar dapat digolongkan ke dalam empat kategori yaitu :
1.      Transfer Positif
Transfer positif dapat terjadi dalam diri seorang siswa apabila guru membantu untuk belajar dalam situasi tertentu yang mempermudah siswa tersebut belajar dalam situasi-situasi lainnya. Dalam hal ini, transfer positif menurut Barlow adalah learning in one situation helpful in other situations, yakni belajar dalam suatu situasi yang dapat membantu belajar dalam situasi-situasi lain.
2.      Transfer Negatif
Transfer negatif dapat dialami seorang siswa apabila ia belajar dalam situasi tertentu yang memiliki pengaruh merusak terhadap keterampilan/pengetahuan yang dipelajari dalam situasi-situasi lainnya.
Pengaruh keterampilan atau pengetahuan yang telah dimiliki oleh siswa sendiri tak ada hubungannya dengan kesulitan yang dihadapi siswa tersebut ketika mempelajari pengetahuan atau keterampilan lainnya. Jadi, kesulitan belajar mengetik sepuluh jari seperti yang dicontohkan diatas belum tentu disebabkan oleh kebiasaan mengetik dua jari yang sebelumnya sudah dikuasai. Menghadapi kemungkinan terjadinya transfer negatif itu, yang penting bagi guru ialah menyadari dan sekaligus menghindarkan para siswanya dari situasi-situasi belajar tertentu yang diduga keras akan berpengaruh negatif terhadap kegiatan belajar para siswa tersebut pada masa yang akan datang.[4]
3.      Transfer Vertikal
Transfer vertikal (tegak lurus) dapat terjadi dalam diri seorang siswa apabila pelajaran yang telah dipelajari dalam situasi tertentu membantu siswa tersebut dalam menguasai pengetahuan/keterampilan yang lebih tinggi/rumit. Misalnya, seorang siswa SD yang telah menguasai prinsip penjumlahan dan pengurangan pada waktu menduduki kelas II akan mudah mempelajari perkalian pada waktu menduduki kelas III. Sehubungan dengan hal ini, penguasaan materi pelajaran kelas II merupakan prasyarat untuk mempelajari materi pelajaran kelas III.[5]
4.      Transfer Lateral
Transfer lateral (kearah samping) dapat terjadi dalam diri seorang siswa apabila ia mampu menggunakan materi yang sama kerumitannya dalam situasi-situasi yang lain. Dalam hal ini, perubahan waktu dan tempat tidak mengurangi mutu hasil belajar siswa tersebut.
Contoh : seorang lulusan STM yang telah menguasai teknologi “X” dari sekolahnya dapat menjalankan mesin tersebut ditempat kerjanya. Disamping itu, ia juga mampu mengikuti pelatihan menggunakan teknologi mesin-mesin lainnya yang mengandung elemen dan kerumitan yang kurang lebih sama dengan mesin “X” tadi. Alhasil, transfer lateral itu dapat dikatakan sebagai gejala wajar yang memang sangat diharapkan baik oleh pihak pengajar maupun pihak pelajar. Namun, idealnya hasil belajar siswa tidak hanya dapat digunakan dalam konteks kehidupan yang sama rumitnya dengan belajar, tetapi juga dapat digunakan dalam konteks kehidupan yang lebih kompleks dan penuh persaingan.[6]

  1. Usaha Guru dalam transfer belajar
Kesadaran dan usaha dari guru untuk mendampingi siswa dalam mengadakan transfer belajar.  Sikap guru yang menyadari, bahwa tanggungjawabnya tidak hanya terbatas pada bidang studi tertentu, tetapi juga mencakup usaha jujur untuk membentuk kepribadian siswa secara keseluruhan, dalam perkembangan intelektual, efektif (sikap) dan sosial. Guru juga yang berusaha mengajar dengan fungsional, yaitu menghubung-hubungkan hasil belajar di bidang studi yang dipegangnya dengan suatu bidang studi yang lain atau dengan pengalaman dalam kehidupan sehari-hari, menciptakan kondisi eksternal yang menunjang terjadinya transfer belajar.

E.     Definsi Lupa
Lupa adalah hilangnya kemampuan untuk menyebut atau memproduksi kembali apa-apa yang sebelumnya telah dipelajari. Gulo (1982) dan Rebber (1988) dalam Syah (1996: 158) menyatakan bahwa lupa adalah ketidakmampuan mengenal atau menginggat sesuatu yang pernah dipelajari atau dialami. Lupa juga berarti ketidakmampuan untuk menginggat kembali sesuatu yang telah dialami atau dipelajari untuk sementara waktu maupun jangka panjang. Dengan demikian, bukan peristiwa hilangnya item informasi dan pengetahuan dari akal kita.
Berkenaan dengan lupa Allah SWT telah menegaskannya dalam Al-Qur’an antara lain dalam surat Al-Baqarah : 286, Yusuf : 42, Al-Kahfi : 63, Thaha : 115. Dalam surat Thaha :115 misalnya Allah katakan : “ Dan sesungguhnya telah Kami perintahkan kepada Adam dahulu, maka dia lupa (akan perintah itu), dan tidak Kami dapati padanya kemauaan yang kuat.”[7]

   F.  Lupa dalam Belajar
Dahulu banyak orang yang berpendapat bahwa lupa itu terutama disebabkan oleh lamanya waktu antara terjadinya pengalaman dengan terjadinya proses ingatan. Karena telah lama maka mudah dilupakan. Akan tetapi setelah diadakan penyelidikan oleh para ahli psikologi, ternyata bahwa pendapat itu tidak benar. Sekarang orang lebih cenderung untuk menerima bahwa lupa itu tergantung pada:
·         Apa yang diamati.
·         Bagaimana situasi dan proses pengamatan itu berlangsung.
·         Apakah yang terjadi dalam jangka waktu yang berselang itu.
·         Bagaimana situasi ketika berlangsungnya  ingatan itu.[8]
Keempat faktor tersebut berhubungan erat dan saling mempengaruhi satu sama yang lainnya.

   G.  Faktor-Faktor Penyebab Lupa
Menurut Dr. Muhibbin Syah dalam bukunya Psikologi Pendidikan menjelaskan bahwa faktor-faktor penyebab lupa sebagai berikut:
1.      Lupa dapat terjadi karena gangguan konflik antara item-item informasi atau materi yang ada dalam sisitem memori siswa. Dalam teori mengenai gangguan, gangguan konflik ini terbagi menjadi dua macam, yaitu :
a.       Proactive interference
Seorang siswa akan mengalami gangguan proactive apabila materi pelajaran lama yang sudah tersimpan dalam subsistem akal permanennya mengganggu masuknya materi pelajaran baru. Peristiwa ini bisa terjadi apabila siswa tersebut mempelajari sebuah materi pelajaran yang sangat mirip dengan materi pelajaran yang telah dikuasaiya dalam tenggang waktu yang pendek. Dalam hal ini, materi yang baru saja dipelajari akan sulit diingat kembali.
b.      Retroactive interference
Seorang siswa akan mengalami gangguan retroactive apabila materi pelajaran baru membawa konflik dan gangguan terhadap pemanggilan kembali materi pelajaran lama yang telah lebih dahulu tersimpan dalam subsistem akal permanen siswa tersebut. Dalam hal ini, materi pelajaran yang lama akan sulit diingat kembali.
2.      Lupa dapat terjadi pada seorang siswa karena adanya tekanan terhadap item yang telah ada, baik sengaja ataupun tidak.
3.      Lupa dapat terjadi pada siswa karena perubahan situasi lingkungan antara waktu belajar dengan waktu mengingat kembali.
4.      Lupa dapat terjadi karena perubahan sikap dan minat siswa terhadap proses dan situasi belajar tertentu.
5.      Menurut law disuse, lupa dapat terjadi karena materi pelajaran yang telah dikuasai tidak pernah digunakan atau dihafalkan siswa.
6.      Lupa dapat terjadi karena perubahan urat syaraf otak.[9]

   H.  Kiat Mengurangi Lupa dalam Belajar
Kiat terbaik untuk mengurangi lupa adalah dengan cara meningkatkan daya ingat akal siswa. Banyak ragam kiat yang dapat dicoba siswa dalam meningkatkan daya ingatannya, antara lain menurut Barlow, Reber, dan Anderson adalah sebagai berikut:
1.      Overlearning
Overlearning (belajar lebih) artinya upay belajar yang melebihi batas penguasaan dasar atas materi pelajaran tertentu. Overlearning terjadi apabila, respons atau reaksi tertentu muncul setelah siswa melakukan pembelajaran atas respons tersebut dengan cara diluar kebiasaan.
2.      Extra Study Time
Extra Study Time (tambahan waktu belajar) ialah upaya penambahan alokasi waktu belajar atau penambahan frekuensi (kekerapan) aktivitas belajar.
3.      Mnemonic Device
Mnemonic device (muslihat memori) yang sering juga hanya disebut mne-monic itu berarti kiat khusus yang dijadikan “alat pengait” mental untuk memasukkan item-item informasi ke dalam sistem akal siswa.
4.      Pengelompokan
Pengelompokan ialah menata ulang item-item materi menjadi kelompok-kelompok kecil yang dianggap lebih logis dalam arti bahwa item-item tersebut memiliki signifikansi dan lafal yang sama atau sangat mirip.
5.      Latihan terbagi
Dalam latihan terbagi siswa melakukan latihan-latihan dengan alokasi waktu yang pendek dan dipisah-pisahkan diantara waktu-waktu isirahat.[10]



[1] Mustaqim, Psikologi Pendidikan, (Semarang : Pustaka Pelajar, 2008) hlm. 64
[2] Haryu Islamuddin, Psikologi Pendidikan (Yogyakarta : STAIN Jember Press, 2012), hlm. 207).
[3] Mustaqim & Abdul Wahib, Psikologi Pendidikan, (Jakarta : PT Rineka Cipta, 2003) hlm. 98-101
[4] Muhibbin Syah, Op Cit, hlm. 164-166.
[5] Haryu Islamuddin, Op Cit, hlm. 210-211.
[6] Muhibbin Syah, Op.Cit, hlm. 166-167.
[7] Tohirin, Psikologi Pembelajaran Pendidikan Agama Islam, (Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada, 2008), hlm 137-140
[8] Ngalim Purwanto, Psikologi Pendidikan, (Bandung : PT Remaja Rosdakarya, 2006) hlm. 111
[9] Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan, (Bandung : PT Remaja Rosdakarya, 2013) hlm.156-157
[10] Ibid, hlm.158-161

3 komentar:

  1. Merkur 4c Review and Bonus Codes 2021 - ChoEcasino.com
    › Merkur › ミスティーノ Merkur Merkur 퍼스트 카지노 4C Review 2021. Merkur 4C is 메리트카지노 the new version of the classic Merkur in 2018. The Merkur brand has a large design, comfortable handle, and an incredible  Rating: 4.5 7 votes

    BalasHapus
  2. Harrah's casino | Oklahoma City
    Harrah's Cherokee 메리트 바카라 Casino Hotel is the 승인 전화 없는 사이트 ultimate destination for gaming, featuring more than 텍사스홀덤룰 2600 electronic games, a popular music 강원 랜드 떡 venue, 김해휴게텔

    BalasHapus
  3. Graton Casino, Dublin - Mapyro
    The Graton 전주 출장마사지 Casino, 시흥 출장마사지 Dublin. CasinoCyprus. 보령 출장마사지 Closest Casinos. Mapyro. Closest Casinos. 0-800-465-5000. Casinos 김천 출장마사지 in 김천 출장샵 Ireland. Mapyro.

    BalasHapus